Nenek moyang babi adalah babi celeng, juga dikenal sebagai babi hutan. Babi celeng secara umum dikenal sebagai babi hutan adalah nenek moyang babi liar yang menurunkan babi ternak (Sus scrofa domesticus). Babi celeng merupakan spesies babi liar yang masih ada di hutan-hutan di Asia Tenggara. Babi celeng memiliki ciri fisik yang berbeda dengan babi ternak. Babi celeng lebih besar dan berat daripada babi ternak, dan memiliki ekor yang lebih panjang.
Babi celeng adalah nenek moyang babi liar yang menurunkan babi ternak. Babi ternak dikembangkan dari babi celeng melalui proses domestikasi yang dimulai sekitar 9.000 tahun yang lalu. Babi celeng telah menjadi sumber makanan bagi orang-orang di Asia Tenggara selama ribuan tahun. Namun, domestikasi babi telah mengubah babi celeng menjadi babi ternak yang lebih kecil, lebih manis, dan lebih mudah diternakkan.
Babi celeng memiliki karakteristik yang berbeda dari babi ternak. Babi celeng memiliki warna bulu yang lebih gelap, dan dapat mencapai ukuran yang lebih besar. Babi celeng juga lebih agresif dan lebih mudah terangsang daripada babi ternak. Ini karena babi celeng telah beradaptasi dengan lingkungan hutan yang lebih liar dan berbahaya.
Babi celeng juga memiliki kebiasaan makan yang berbeda dari babi ternak. Babi celeng dapat memakan berbagai jenis makanan, termasuk tumbuhan, serangga, dan hewan lainnya. Babi celeng juga dapat mencari makanan di dalam tanah, menggali lubang untuk mencari makanan.
Babi celeng juga memiliki kebiasaan bergerak yang berbeda dari babi ternak. Babi celeng dapat bergerak dengan cepat dan lincah, dan dapat bergerak melalui hutan dengan mudah. Babi celeng juga dapat melompat tinggi dan melompat jarak jauh untuk menghindari ancaman.
Babi celeng adalah nenek moyang babi liar yang menurunkan babi ternak. Babi celeng memiliki ciri fisik, karakteristik, dan kebiasaan yang berbeda dari babi ternak. Babi celeng adalah hewan yang lincah dan berbahaya, dan telah menjadi sumber makanan bagi orang-orang di Asia Tenggara selama ribuan tahun.